Memaafkan adalah dendam yang terindah
Pernah di rumah rakan (nama dirahsiakan) seorang ibu bertanya kepada saya, 'kalau hidup saya menderita, apa yang harus disyukuri?' tuturnya dengan setengah memprotes. Kemudian saya menjelaskan
bahwa bila kita senantiasa bersyukur sekecil apapun nikmat Allah yang diberikan kepada kita termasuk ketika kita penderitaan maka Allah akan menganugerahkan kebahagiaan untuk kita. Mendengar penjelasan itu beliau menjadi mengerti makna bersyukur. Dalam penuturannya sewaktu kecil mempunyai harapan yang ideal terhadap orang tua kerana belum mengerti betapa rumitnya kehidupan, ia berharap orang tuanya tidak melakukan kesalahan yang membuat dirinya malu. Kenyataan yang justru dialami adalah
ayahnya justru membuat kecewa. Disaat usianya bertambah, dirinya boleh menerima kenyataan pahit bahwa ayah yang diidolakan ternyata memiliki kekurangan. Ayah menikah berkali-kali, meski semua itu tidak direncanakan, apapun perjalanan dalam hidup harus dilalui.
Tidak ada ayah yang sempurna, tidak ada pernikahan yang sempurna, setiap orang boleh melakukan kesalahan yang membuat dirinya nampak tidak sempurna dimata anaknya. Itulah yang terjadi. Bersyukur sekecil apapun berarti melihat sisi baik, meski ayahnya menikah berkali-kali tetapi beliau bertanggungjawab terhadap ibu dan anak-anaknya. Kebahagiaan juga dirasakan dengan keharmonisan sampai dewasa dengan baik.
Sampai suatu hari ada kabar bahawa sang ayah menderita sakit kuat harus dirawat di Hospital, ibu itu sebagai seorang anak mendampingi dan merawat ayahnya. Selama sakit ayahnya mengungkapkan perasaan bersalah terhadap anak-anak & isterinya. Perasaan bersalah itulah yang menyebabkan ayah jatuh sakit. Ia sebagai anak mampu memaafkan sehingga kesihatan sang ayah menjadi cepat pulih. Dulu setiap kali melihat ayah selalu saja membuatnya marah. Alhamdulillah, Allah membukakan pintu hatinya sehingga menyedari ternyata memaafkan jauh lebih membahagiakan daripada membenci. Perasaan benci boleh menghancurkan kerana menimbulkan stres berpanjangan. Ia dapat merasakan sendiri dengan meninjau
ulang pandangannya terhadap ayah, ia dapat melihat kebaikan dan memaafkan kesalahan-kesalahan ayahnya, dengan demikian hatinya menjadi terasa lebih ringan dan lebih indah.
Dengan bersyukur ibu itu sudah berhasil mengatasi perasaan marah dan menggantikannya dengan kasih sayang, keyakinannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala ia berhasil mengelola sumber stres itu hingga berhasil mensyukuri keadaan. Belajar dari pengalaman ayah itulah ia menyedari tidak ada orang yang
sempurna juga tidak ada perkawinan yang ideal, yang ada adalah keberanian dan ketabahan menghadapi ujian dan cobaan yang Allah berikan agar kita senantiasa bersabar dan bersyukur dalam hidup ini. Akhirnya memaafkan selalu lebih membahagiakan daripada hidup dalam kebencian.
Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Bila mendapatkan nikmat, ia bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Bila mendapatkan cobaan, ia bersabar dan sabar itu baik baginya. (HR. Muslim).
Kredit: M. Agus Syafii (Olahan semula: Penghulu)